Tentang Sorgum
Sorgum (Sorghum spp.) adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan ke-5, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Sorgum merupakan makanan pokok penting di Asia Selatan dan Afrika sub-sahara.
Di Indonesia sorgum masih jarang dimanfaatkan atau diolah manjadi makanan. Padahal, sorgum mengandung karbohidrat yang sama baiknya dengan beras. Di Indonesia produksi tanaman sorgum masih rendah dibandingkan produksi di beberapa negara di Asia tenggara. Tanaman sorgum ini dapat tumbuh walaupun dalam kondisi kekeringan dan dapat terus tumbuh walaupun telah dipangkas batangnya. tanaman sorgum harus lebih dikembangkan di Indonesia.
Teknik Budidaya
Sorgum (Sorghum bicolor L) bukan tanaman asli Indonesia, tapi berasal dari wilayah sekitar sungai Niger di Afrika. Domestika sorgum dari Etiopia ke Mesir dilaporkan telah terjadi sekitar 3000 tahun sebelum masehi.Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani khususnya di Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa dengan nama Cantel dan sering ditanam sebagai tanaman sela atau tumpangsari. Budidaya tanaman sorgum di Indonesia masih sangat terbatas bahkan belum begitu populer di masyarakat. padahal sorgum memiliki potensi besar untuk dibudidayakan dan dikembangkan secara komersial karena memiliki daya adaptasi yang luas, produktivitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit tanaman serta lebih tahan terhadap kondisi marjinal (kekeringan, salinitas dan lahan masam).
Pengembangan jenis tanaman pangan ini akan dapat berhasil apabila disertai dengan penerapan paket teknologi yang meliputi unit kegiatan pembudidayaan dan pengolahan yang sederhana di tingkat petani. Pakar teknologi tersebut adalah sebagai berikut :
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk sorgum lama dengan jagung, yaitu dibajak satu atau dua kali, digaru lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami harus bersih dari gulma karma fase pertumbuhan sorgum agak lambat kira-kira 3 - 4 minggu sehingga pada awal pertumbuhan tersebut kurang mampu bersaing terhadap gulma. Kalau perlu buatlah saluran-saluran drainase.
Penanaman
Populasi Tanaman
Pada umumnya tanaman sorgum ditanam sebagai tanaman seta pada tanaman pokok padi gogo, kedelai atau tanaman palawija lainnya. Bila ditanam secara monokultur populasi tanaman per/hektar sekitar 100.000 - 150.000 tanaman. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 75 X 25 Cm atau 75 X 20 Cm dengan masing-masing 2 tanaman perlubang. Menurut hasil penelitian, peningkatan populasi di atas 150.000 tanaman/hektar, masih cenderung meningkat hash walaupun tidak begitu besar.
Cara penanaman
Pada waktu menanam, benih ditanam 2 - 3 biji perlubang. Penjarangan menjadi 2 tanaman perlubang, dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam. Penyulaman dapat dilakukan dengan biji atau dengan pemindahan tanaman yang lama umurnya (trans planting) dengan cara putaran.
Pemeliharaan Tanaman
Pemupukan
Tanaman sorgum banyak membutuhkan pupuk N (Nitrogen), namun demikian pemupukan sebaiknya diberikan secara lengkap (NPK) agar produksi yang dihasilkan cukup tinggi. Dosis pemupukan yang diberikan berbeda*beda tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan varietas yang ditanam,
Dosis
Pupuk yang utama diperlukan tanaman sorgum adalah pupuk nitrogen dengan dosis mencapai 90 kg Nitrogen atau sama dengan 2 kwintal urea per hektar. Penambahan Pupuk PROS sebanyak 45 kg atau 1 kwintal TSP per hektar akan memberikan hash yang lebih baik. Pemupukan dengan kalium dilakukan dengan dosis 30 kg K20 per/hektar.
Waktu
Pupuk N diberikan dua kali yaitu 1/3 bagian pada waktu tanam bersama-sama dengan seluruh pupuk. P dan K, dan 2/3 bagian sisanya diberikan pada umur 1 bulan setelah tanam.
Cara
Seluruh Pupuk diberikan dengan cara menyebarnya dalam larikan sedalam ± 1 Cm. Untuk pemupukan pertama jaraknya 7 Cm di kiri kanan barisan tanaman, sedangkan pemupukan kedua jaraknya ± 15 Cm.
Penyiangan dan Pembumbunan
Pada awal pertumbuhan Sorgum kurang dapat bersaing dengan gulma, karma itu harus diusahakan agar areal tanaman pada saat tanaman masih muda harus bersih dari gulma. Penyiangan pertama dapat dilakukan pada saat tanaman sorgum berumur 10 - 15 hari setelah tanam. Penyiangan kedua dilakukan bersama-sama pembumbunan setelah pemupukan kedua. Pembubunan dimaksud untuk memperkokoh batang.
Hama Penyakit Utama dan Cara Pengendaliannya
Penyakit Utama
- Colletortichum gramini colum (Ces.) G.W. Wild (Penyakit Bercak Daun). Penyakit ini menyebabkan bercak pada daun dengan warm kemerah-merahan atau keungu-unguan dan menyebabkan busuk merah pada batang dimana jaringan bagian dalam buku berair dan berubah warnanya. Penyakit ini menyebar secara leas. Bercak daun mengakibatkan daun mengering, karma itu butir menjadi hampa, sementara busuk merah menyebabkan batang berair dan patah. Kekebalan terhadap kedua penyakit dikendalikan oleh suatu gene tunggal yang dominan. dengan gene lainnya bagi setup penyakit.
- Helmithosporium turcicum Pass (Penyakit Blight). Penyakit ini menyerang sorgum secara luas, terutama pada kondisi yang lembab. Serangan penyakit ini menimbulkan bintik-bintik ungu kemerah-merahan atau kecoklatan yang akhirnya menyatu. Penyakit blight daun dapat menyerang pembibitan maupun tanaman dewasa. Kultivar yang resisten belum diketahui.
- Puccinia purpurea Cooke, Penyakit karat seranganrya terjadi secara luas pada sorgum. tetapi jarang menyebabkan kehilangan yang serius.karma pertumbuhan penyakit tidak berlangsung lagi apabila tanaman sorgum telah mencapai dewasa.
Hama Utama
- Atherigona varia Soccata (Rond.) (Lalat Bibit Sorgum). Hama ini merupakan hama yang utama di daerah tropis. Telurnya diletakkan pada daun muda bibit dan lainnya menggerek ke dalam meristem tanaman much yang akhirnya mati. Prinsip pengendaliannya adalah dengan penanaman pada waktunya (tanam serempak) dan menanam kultivar yang mempunyai kemampuan memulihkan luka setelah diserang.
- Prodenia Litura F. (Ulat daun).;Pengendaliannya dengan menggunakan insektisida dengan jenis dan dosis yang dianjurkan.
Panen dan Pasca Panen
Sorgum siap dipanen apabila 80% dari biji sudah mengeras serta malai telah menguning. Umur panen bervariasi, antara 100-105 hari. Panen dilakukan dengan cara memangkas tangkai di bawah malai dengan menggunakan sabit. Selanjutnya malai dikeringkan kemudian di rontok dengan menggunakan alat p e r o n t o k s o r g u m . Pengendalian Hama Penyakit Panen Hama dan penyakit utama yang banyak menyerang tanaman sorgum adalah Ulat tanah, Aphids, Lalat Bibit, Karat dan Bercak Daun. Ulat tanah dan Lalat bibit dikendalikan dengan insektisida 20 kg/ha Furadan 3G saat tanam dan umur tanaman 21 hst. Penyakit bercak daun dikendalikan dengan memangkas daun yang terinfeksi atau dengan rotasi tanaman. Bercak daun dikendalikan dengan fungisida Dithane M45. 5 6 Penampilan sorgum umur 45 hst
Pasca Panen
Pascapanen adalah tahap penanganan hasil tanaman pertanian segera setelah pemanenan
Pengeringan
Biasanya pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran selama ± 60 jam hingga kadar air biji mencapai 10 - 12 %. Kriteria untuk mengetahui tingkat kekeringan biji biasanya dengan cara menggigit bijinya. Bila bersuara berarti biji tersebut telah kering. Apabila hari hujan atau kelembaban udara tinggi, pengeringan dapat dilakukan dengan cara menggantungkan batang-batang sorgum diatas api dalam suatu ruangan atau di atas api dapur.
Perontokan
Perontokan secara tradisionil dilakukan dengan pemukul kayu dan dikerjakan di atas lantai atau karung goni. Pemukulan dilakukan terus menerus hingga biji lepas. Setelah itu dilakukan penampian untuk memisahkan kotoran yang terdiri dari daun, ranting, debu atau kotoran lainnya. Sejumlah biji dijatuhkan dari atas dengan maksud agar kotorannya dapat terpisah dari biji dengan batuan hembusan
angin. Agar dicapai hash yang terbaik dan efisien dianjurkan agar menggunakan wadah supaya biji tetap bersih, usahakan agar biji segera dirontok setelah panen untuk mencegah serangan tikus dan burung, dan kadar air tidak boleh lebih dari 10 - 12 % untuk mencegah pertumbuhan jamur.
Penyimpanan
Penyimpanan sederhana di tingkat petani adalah dengan cara menggantungkan mulai sorgum di ruangan di atas perapian dapur. Cara ini berfungsi ganda yaitu untuk melanjutkan proses pengeringan dan asap api berfungsi pula sebagai pengendalian hama selama penyimpanan. Namun jumlah biji yang dapat disimpan dengan cara ini sangat terbatas. Bila biji disimpan dalam ruangan khusus penyimpanan (gudang) maka tinggi gudang harus sama dengan lebarnya supaya kondensasi uap air dalam gudang tidak mudah timbul. Dinding gudang sebaiknya ' terbuat dari bahan yang padat sehingga perubahan suhu yang terjadi pada biji dapat dikurangi. Tidak dianjurkan ruang penyimpanan dari bahan besi, karma sangat peka terhadap perubahan suhu. Sebelum disimpan biji harus kering, bersih dan utuh (tidak pecah).
___________________________________________________________________________________
Terima Kasih Atas Kunjungannya
"Semoga Bermanfaat"
Sorce: http://nangimam.blogspot.com
__________________________________________________________________________________